Jumat, 30 Desember 2011

Embrio Bintang

Ditemukan sebuah calon bintang raksasa dengan massa yang jauh lebih besar dibandingkan Matahari. Ia kini sedang tumbuh dalam sebuah gelembung gas di tata surya ini. Embrio bintang tersebut terekam oleh teleskop Herschel milik Badan Luar Angkasa Eropa (ESA).
Bintang tersebut bisa kita sebut sebagai sang Matahari baru karena jika di perhatikan dan di teliti untuk ukuran jika sudah terbentuk nanti bisa saja besar nya akan melebihi matahari yang sudah ada dalam susunan tata surya bima sakti kita
Berita luar angkasa dari hasil tangkapan Teleskop Herschel cukup membuat perhatian lebih para peneliti di dunia, karena teleskop tersebut berhasil menangkap embrio bintang baru yang berada di tata surya kita. Bintang tersebut bisa kita sebut sebagai sang Matahari baru. Karena, jika di perhatikan dan di teliti untuk ukurannya apabila sudah terbentuk, maka nantinya bisa saja besar embrio bintang ini akan melebihi Matahari yang sudah ada dalam susunan tata surya kita.
Diberitakan dari laman stasiun televisi BBC, citra gelembung gas yang disebut RCW 120 itu dirilis beberapa hari menjelang peringatan satu tahun peluncuran teleskop Herschel ke orbit.

Detektor inframerah milik Herschel, mampu melihat materi bersuhu rendah yang bisa melahirkan bintang. Citra seperti RCW 120 akan membantu menjelaskan, bagaimana proses sebuah bintang raksasa terbentuk. Calon bintang raksasa dalam citra teleskop tersebut tampak seperti sebuah gumpalan putih di tepi bawah gelembung. Embrio itu diperkirakan bisa tumbuh menjadi salah satu bintang terbesar dan yang paling cerah di galaksi dalam ratusan ribu tahun mendatang.
Calon bintang raksasa tersebut sudah memiliki massa sekitar delapan hingga sepuluh kali lebih besar dibanding massa Matahari, dan dikelilingi begitu banyak material.
Bila lebih banyak gas dan debu berjatuhan di bintang tersebut, objek itu berpotensi menjadi salah satu objek raksasa dalam Galaksi Bima Sakti, dan akan berpengaruh bagi lingkungan sekitarnya.
“Ini merupakan bintang besar yang mengontrol evolusi kimia dan kedinamisan galaksi,” terang ilmuwan Herschel, Dr. Annie Zavagno, dari Laboratoire d’Astrophysique de Marseille.
“Ini merupakan bintang besar yang menciptakan elemen berat, seperti besi dan elemen-elemen tersebut akan berada di ruang antar bintang. Dan karena bintang-bintang besar mengakhiri hidup mereka dengan ledakan supernova, mereka juga menyuntikkan energi besar ke galaksi,” lanjut Zavagno.


Herschel memiliki kemampuan unik, yakni mampu melihat proses fisik yang tidak bisa dilakukan teleskop lain. Teleskop Hubble misalnya, tidak bisa melihat secara detail seperti yang dihasilkan Herschel.
Embrio bintang baru cikal bakal bayi matahari ini disinyalir lebih besar 10 kali dari matahari kita dan bisa terbentuk dengan sempurna menjadi seperti matahari dengan jarak waktu sekitar 100 tahun lagi.

Kalau kita lihat sang calon bintang raksasa ini dalam citra teleskop tersebut tampak seperti sebuah gumpalan putih di tepi bawah gelembung. Embrio itu diperkirakan bisa tumbuh menjadi salah satu bintang terbesar dan yang paling cerah di galaksi dalam ratusan ribu tahun mendatang.
Menurut para peneliti juga di sinyalir calon bintang besar seperti matahari ini memiliki massa sekitar delapan hingga sepuluh kali lebih besar dibanding massa Matahari, dan dikelilingi begitu banyak material. Info menyatakan jika saja ada banyak gas dan debu berjatuhan di embrio bintang baru tersebut maka objek baru luar angkasa ini mempunyai potensi untuk menjadi salah satu objek besar atau raksasa dalam Galaksi Bima Sakti, katanya juga jika saja ini terjadi maka kehadiran dari bintang baru pesaing dari matahari tersebut dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar.
Ilmuwan Herschel, Dr. Annie Zavagno, dari Laboratoire d’Astrophysique de Marseille menyatakan, “Ini merupakan bintang besar yang mengontrol evolusi kimia dan kedinamisan galaksi,” ia juga menambahkan lagi “Ini merupakan bintang besar yang menciptakan elemen berat seperti besi dan elemen-elemen tersebut akan berada di ruang antar bintang. Dan karena bintang-bintang besar mengakhiri hidup mereka dengan ledakan supernova, mereka juga menyuntikkan energi besar ke galaksi.”
Sedangkan menurut para pakar agama diantaranya Ustadz Jefri Al-Buchori : “Wallahu a’lam, semua bisa terjadi di muka bumi, tiada yang tak mungkin karena semua terjadi atas kehendak Allah. Jika benar bintang baru ini bisa membesar layaknya matahari, mungkin inilah bintang pertama yang akan terbit dari arah terbenamnya matahari. Inilah yang dinamakan qiamat qubra.”Beliau menegaskan kembali pada khalayak umum “Pada saat bintang itu muncul dari ufuk barat, maka tiada seorangpun yang akan diterima taubatnya oleh Allah karena pada waktu itulah pintu taubat ditutup. Ini bukan opini saya namun ini Hadits Sahih dari Rasulullah”

Embrio bintang baru cikal bakal bayi matahari ini disinyalir lebih besar 10 kali dari matahari kita dan bisa terbentuk dengan sempurna menjadi seperti matahari dengan jarak waktu sekitar 100 tahun lagi.
Embrio itu diperkirakan bisa tumbuh menjadi salah satu bintang terbesar dan yang paling cerah di galaksi dalam ratusan ribu tahun mendatang.

Tidak ada yang istimewa jika kita lihat secara seksama, hanya berupa gumpalan putih. Tapi yang namnya bayi pasti butuh waktu untuk menjadi dewasa, bukan kayak manusia umur 20 tahun saja bisa dianggap dewasa. Beda dengan bayi matahari ini, bisa butuh waktu ratusan ribu tahun untuk menjadi bintang baru. Diprediksi embrio ini bakal jadi bintang yang sangat cerah sekali, namun pendapat ini belum tentu benar.

Kalo tidak lihat sendiri nggak afdol rasanya. Makanya pendapat mengenai bayi matahari ini cukup buat informasi saja,
Menurut info detektor inframerah yang di miliki oleh Teleskop Herschel mampu menangkap materi suhu rendah yang bisa melahirkan bintang, RCW 120 atau citra gelembung gas disinyalir dapat membantu untuk menjelaskan bagaimana proses sebuah bintang raksasa terbentuk.



Teleskop Herschel memiliki kemampuan unik yakni mampu melihat proses fisik yang tidak bisa dilakukan teleskop lain. Teleskop Hubble misalnya, tidak bisa melihat secara detail seperti yang dihasilkan Hersch
Teori terbentuknya Embrio Matahari Kita
Sekitar 4,6 x 109 tahun yang lalu, di salah satu kaki galaksi Bimasakti, terdapatlah partikel-partikel bermuatan seperti proton dan elektron, atom-atom ringan seperti hidrogen dan helium, serta atom-atom berat seperti besi dan magnesium.
Awalnya mereka saling berjauhan, berwujud gas, kemudian gravitasi menyatukan mereka membentuk plasma raksasa yang disebut kabut Nebula.
Mereka bergerak saling mendekat, tidak untuk bersatu tetapi saling memutari satu dan yang lainnya. Dari jauh kabut Nebula terlihat seperti cakram yang berpusing tepat di titik pusatnya. Lama-kelamaan, bagian tengahnya membesar, membentuk seperti bola, sedangkan bagian tepinya pipih seperti pinggiran piring.
Tekanan gravitasi bertambah besar sehingga mampu memaksa atom hidrogen yang ringan bersatu dengan atom hidrogen yang lain membentuk atom yang lebih berat, atau kita kenal dengan reaksi fusi. Reaksi fusi ini menghasilkan ledakan yang dahsyat yang kita kenal dengan ledakan nuklir. Bersama ledakan, dihasilkan energi berupa cahaya dan panas.
Ledakan demi ledakan terjadi, membuat bagian tengah berpijar seperti lampu petromak. Atom-atom hidrogen ditarik ke bagian tengah, seperti minyak petromaks yang ditarik ke atas oleh sumbunya untuk siap dibakar. Bagian tengah yang berpijar itulah embrio Matahari kita.

Sementara atom-atom yang berat terpinggirkan ke bagian tepi, berbenturan satu dengan yang lain membentuk materi yang lebih besar yang kemudian menjadi embrio planet-planet.
Pada saat Matahari muda telah memiliki bahan bakar hidrogen yang lebih dari cukup, reaksi fusi terjadi serempak di sekujur kulitnya, menghasilkan ledakan yang jutaan kali lebih dahsyat dari sebelumnya dan melontarkan materi-materi yang ada di pinggiran cakram kabut Nebula tadi.
Materi-materi tersebut terlontar sembari terus tetap mempertahankan gerak putaran awalnya, yaitu berlawanan arah jarum jam kalau kita lihat dari atas. Ikut bersama materi-materi tersebut gumpalan gas-gas yang tidak ditarik atau belum sempat tertarik oleh Matahari muda. Gas-gas ini membungkus materi tersebut.
Sebagian materi-materi tersebut akhirnya membentuk planet, dan gas yang membungkusnya menjadi atmosfer untuk setiap planet. Sementara sebagian yang lain menjadi meteor, asteroid, dan bulan. Oleh sebab itu, sebagian astronom mengatakan bahwa planet-planet dan segala yang mengitari Matahari adalah anak-anak Matahari.
Artinya jika itu memang embrio bintang yang sedang terbentuk dan bisa tumbuh menjadi salah satu bintang terbesar dan yang paling cerah di galaksi dalam ratusan ribu tahun mendatang (melebihi matahari) pastinya sebelum menjadi seperti itu, akan terjadi ledakan-ledakan (proses terbentuknya lebih dahsyat dari proses pembentukan matahari) yang mampu menyapu galaksi kita ini terlebih dahulu.lalu membentuk susunan-susunan baru. dengan kata lain galaksi baru akan terbentuk, dan galaksi kita yang sekarang ini akan menjadi bagian dari galaksi yang baru tersebut, tentunya dengan kondisi yang berbeda atau terjadi kehancuran terlebih dahulu di galaksi
Herschel memiliki kemampuan unik yakni mampu melihat proses fisik yang tidak bisa dilakukan teleskop lain. Teleskop Hubble misalnya, tidak bisa melihat secara detail seperti yang dihasilkan Herschel.
Gambar dari Observatorium Antariksa Herschel, Eropa ini, menunjukkan awan yang berafiliasi dengan Nebula Rosette, bakal bintang yang jaraknya sekitar 5.000 tahun cahaya dari Bumi dalam gugusan bintang Monoceros atau Unicorn.
Herschel menghimpun cahaya inframerah yang dipancarkan oleh butiran debu. Lumuran cahaya berdebu tersebut mengandung embrio bintang raksasa, yang akan tumbuh hingga 10 kali massa matahari kita. Bintik-bintik kecil dekat pusat gambar itu massanya lebih rendah dibandingkan embrio-embrio bintang tersebut.
Gambar ini merupakan penggabungan tiga warna yang menunjukkan panjang gelombang inframerah 70 mikron (biru), 160 mikron (hijau), dan 250 mikron (merah).Dibuat dari pengamatan kamera dan spektometer Fotokonduktor Array Herschel serta Penerima Gambar Fotometrik dari beberapa instrument.
Herschel merupakan misi utama ESA, lewat instrument ilmu pengetahuan yang disediakan oleh sejumlah lembaga konsorsium Eropa dengan melibatkan NASA.

Berbincang tentang asal muasal matahari, kita mulai sekitar 5 miliar tahun yang lalu. Saat itu matahari dan kesembilan tata surya belum lahir. Di angkasa luar terdapat banyak awan gas dan debu yang melayang-layang. Para ilmuan berpendapat, bahwa awan gas itu, yang terutama berisi hydrogen, berputar-putar lambat. Saat semakin banyak gas dan debu terkumpul, awan mulai menarik dirinya sendiri ke dalam. Gaya yang membuat awan itu menciut adalah grafitasi. Di dalam awan, partikel tertarik pada partikel lainnya, dan mulai saling merapat.

Saat awan memadat, ia mulai berputar lebih cepat, seperti atlit ice skating yang merapatkan tangannya ke tubuhnya. Pusat awan mulai menggembung, saat semakin banyak material terkumpul di sana. Dan bagian luar awan memipih. Bentuknya menyerupai pizza dengan bola melekat di tengahnya. Tanpa sebuah tangisan, sang bayi matahari pun lahir ke alam semesta.

Bayi tersebut kemudian tumbuh dan berkembang. Dari bola gas gelap menjadi bintang panas berapi. Hal itu berlangsung sangat lama, selama beribu-ribu tahun. Setelah besar dan dewasa matahari menjadi sumber energy utama bagi kehidupan di bumi. Hal tersebut tak lepas dari hasil fusi yang terjadi di inti matahari. Fusi itu sendiri merupakan sejenis ledakan terus menerus yang terkendali. Saat ini, 4 juta ton hydrogen diubah menjadi helium setiap detik, dalam setiap menit, dalam setiap hari. Dan cahaya yang memancar sama dengan 4 triliun triliun bola lampu. Dasyat!

Tetapi matahari hanya mempunyai persediaan hydrogen yang terbatas. Sebagaimana manusia, matahari lahir menjadi tua dan akhirnya mati. Pada usia 4,6 miliar tahun, matahari adalah bintang setengah baya. Para ilmuan memperkirakan bahwa matahari memiliki sisa umur 5 atau 6 miliar tahun lagi.

Dari matahari kita semakin memahami bahwa tiada kehidupan yang abadi. Juga tidak ada makhluk yang tercipta sempurna.
Asal usul bintang
Setiap tahun, bintang-bintang terbentuk di dalam nebula yang sekaligus merupakan bahan
bakarnya. Melalui reaksi nuklir yang luar biasa, bintang mengonsumsi miliaran ton bahan
bakar setiap detik. Cadangan hidrogen Matahari sangat besar sekitar 2.000 miliar miliar ton
sehingga reaksi nuklir yang telah terjadi sejak 5 miliar tahun yang lalu tetap berlanjut
selama itu juga.
Bintang terlahir di dalam awan hidrogen dan debu yang sangat besar yang disebut nebula.
Ledakan sebuah atau beberapa bintang di sekitarnya mempengaruhi nebula dan gravitasi
mulai memegang peranan. Awan lambat laun berkontraksi di bawah pengaruh gravitasi,
dan materi akan menggumpal secara alami. Awan mulai berotasi dan temperaturnya
meningkat. Embrio bintang (protostar ) terbentuk. Dalam waktu yang singakat, reaksi
nuklir pun terjadi. Protostar kemudian menjadi sebuah bintang yang akan bersinar sampai
seluruh cadangan hidrogen yang dimilikinya berubah menjadi helium. Di inti bintang terjadi reaksi nuklir, tekanan di dalam bintang dapat menghasilkan
temperatur hingga 15 miliar derajat, seperti Matahari. Dengan kondisi ini, inti hidrogen
(proton) akan bergabung untuk membentuk inti hidrogen berat. Inti berat tersebut akan
bergabung dengan proton lainnya., untuk membentuk inti helium ringan. Akhirnya dua inti
helium ringan akan bergabung untuk membentuk helium biasa yang terdiri dari dua proton
dan dua netron. Pada setiap tahap, energi dipancarkan dalam bentuk cahaya.
Bintang Majemuk
2/3 dari bintang di galaksi kita merupakan sistem bintang yang terdiri dari dua bintang atau
lebih saling mengorbit satu sama lain akibat interaksi gaya tarik-menarik gravitasi.
Sebagian besar bintang berkembang di dalam satu grup yang terdiri dari dua, tiga bahkan
tujuh bintang.
Bintang Massa Rendah
Meskipun tampak tidak berubah, bintang mengalami sejumlah perubahan yang nyata.
Kehidupan bintang ditentukan oleh massanya. Matahari, bintang berukuran sedang,
memerlukan 10 miliar tahun untuk mengubah hidrogen menjadi helium, dan mengakhiri
hidupnya sebagai katai putih. Bintang yang lebih kecil memerlukan waktu puluhan hingga
ratusan miliar tahun untuk menghabiskan bahan bakarnya sebelum kematiannya.
Bintang dilahirkan dari awan hidrogen dan debu yang disebut Nebula, sedikit demi sedikit
awan mulai berkontraksi, peningkatan tekanan mengakibatkan temperatur naik. Sebuah
protostar terbentuk dan memerlukan waktu hingga 100 miliar tahun untuk menjadi sebuah
bintang. Jika protostar tidak memiliki cukup massa untuk membangkitkan reaksi nuklir, ia
akan menjadi katai cokelat. Protostar dengan massa yang cukup akan memicu proses fusi
temonuklir dan mengawali kehidupan dewasanya sebagai bintang deret utama.
Setelah miliar tahun, bintang tersebut akan berubah menjadi raksasa merah dengan
diameter 100 diameter matahari danratusan kali lebih terang. Lambat laun, lapisan bagian
luar raksasa merah terlontar ke angkasa dan membentuk planetari nebula selama 1 miliar
tahun.
Kemudian inti bintang akan terus berkontraksi hingga menjadi seukuran Bumi dan menjadi
katai putih, obyek dengan kerapatan luar biasa. Jika kti putih memiliki bintang pasangan,
akan menarik materialnya dan akan menjadi nova 1 yang sangat terang. Bintang akan
meredup hingga tidk bersinar kembali. Setelah beberapa miliar tahun akan menjadi bintang
mati, katai gelap.
Di akhir hidupnya, bintang bermassa kecil menjadi katai putih, sisa dari sebuah bintang
terang, namun sangat padat.
Katai putih yang berubah menjadi sebuah bintang yang sangat terang secara tiba-tiba
disebut sebagai bintang baru. Diperkirakan terdapat puluhan nova yang terbentuk setiap
tahunnya di galaksi Bimasakti. Proses yang menyebabkan terjadinya nova dapat terjadi
ketika sebuah bintang katai putih dekat dengan bintang lainnya. katai putih terkadang
mengisap materi bintang pasangannya. Materi tersebut berakumulasi di sekitar
permukaannya dan membentuk sebuah cakram akresi.
Peningkatan temperatur menyebabkan ledakan besar. Nova tampak terng di langit. Dalam
satu tahun, bintang baru tersebut memancarkan energi lebih banyak dari yang dipancarkan
Matahari selama satu juta tahun.
Bintang Gagal
Katai coklat lebih besar dari planet. Namun, massanya terlalu kecil untuk memicu
terjadinya reaksi nuklir.
Bintang Masif
Bintang-bintang masif menempuh evolusi yang berbeda dengan bintang kecil. Kehidupan
bintang masif lebih singkat, tetapi lebih spektakuler, di setiap tahap kehidupannya, selalu
lebih terang dari bintang kecil, dan proses setiap tahapnya lebih cepat karena pembakaran
intinya lebih cepat. Adapun bintang kecil memerlukan waktu miliaran tahun utnuk
mengubah hidrogen menjadi helium. Bintang masif hanya memerlukan beberapa juta
tahun, kemudian meledak menjadi super nova. Bintang masif mulai mengubah hirogen
menjadi helium melalui fusi, dan helium menjadi karbon. Proses ini menghasilkan unsurunsur berat pertama hingga besi, yang membentuk inti bintang. Temperatur akan
meningkat hingga miliaran derajat. Inti bintang yang sangat tebal membentuk rintangan
yang melontarkan benda-benda di lapisan luar. Ledakan kolosal yang terjadi dimana unsur
kimia yang lebih berat dari unsur besi terbentuk. Supernova kemudian melontarkan ke luar
angkasa unsur-unsur yang akan memegang peran dalam menbentuk kehidupan.
Bintang Netron dan Pulsar
Bintang netron terbentuk dari netron yang memadat, yang dihasilkan dari kombinasi
elektron dan proton ketika supernova meladak. Sebuah pulsar adalah bintang netron yang
berotasi sangat cepat, memancarkan sinyal gelombang radio secara tetap. Dua kutub
bintang memiliki bidang magnet yang sangat kuat dimana masing-msing kutub
menghasilkan pancaran elektromagnetik.
Gugus Bintang
Bintang-bintang terlahir bersama di dalam tempat pemijahan bintang,awan yang
mengandung banyak bintang. Gugus bintang yang dapat diamati yaitu gugus terbuka dan
gugus bola
• Gugus Terbuka
Gugus ini terdiri dari kelompok bintang yang tak beraturan. Beberapa ratus hingga
beberapa ribu bintang dan berada di area kecil. Star nursery adalah temept dimana
kita dapat mengamati bintang yang baru yang berusia beberapa juta tahun.
Sejumlah besar bintang biru, yang memiliki kala hidup singkat, ditemukan di gugus
seperti ini. Karena gugus terbuika juga mengandung banyak gas dan debu.
• Gugus Bola
Gugus bola merupakan sekumpulan bintang berbentuk bola yang terdiri dari ratusan
ribu atau jutaan bintang. Tidak seperti gugus terbuka, gugus bola mengandung
bintang-bintang tua dan beberapa bintang raksasa biru. Tipe gugus ini juga hampir
kosong dari gas dan debu antarbintang. Kerapatan bintangnya puluhan kali dari
kerapatan gugus terbuka.
Sama halnya munculnya supernova yang merupakan bintang raksasa berwarna merah.
“1a” atau yang disebut juga “bintang zombie” diyakini merupakan sejenis bintang induk yang tak terduga, menurut penelitian baru yang dipublikasikan “Science” pada 12 Agustus.
Temuan itu mengungkapkan bahwa keluarnya aliran gas dari asal usul supernova merupakan karakteristik dari angin bintang yang diemisikan oleh bintang raksasa merah. Raksasa merah adalah bintang raksasa dengan massa rendah yang sedang mengalami tahap akhir evolusi bintang.
Supernova adalah ledakan dari suatu bintang di galaksi yang memancarkan energi melebih ledakan nuklir kataklismik (nova). Peristiwa supernova ini menandai berakhirnya riwayat suatu bintang. Bintang yang mengalami supernova akan tampak sangat terang, sehingga mereka dapat digunakan sebagai standar intensitas cahaya untuk menentukan jarak dalam alam semesta, dan juga untuk mengukur energi gelap ruang angkasa.
Sebelumnya, para astronom tidak yakin tentang penyebab ledakan ini, dan apakah mereka semua memiliki asal-usul yang sama atau tidak.
Teori populer menyatakan bahwa bintang induk dari ledakan ini adalah bintang kerdil putih dalam sistem biner dengan bintang penuntun, yang bisa jadi merupakan bintang kerdil putih lain.
“Karena kami tidak mengetahui apa yang sebenarnya meledak, sehingga kami tidak begitu paham mengapa mereka semua tampak begitu mirip,” ujar penulis studi, Josh Simon dari Obervatorium Carnegie dalam sebuah siaran pers.
“Itu menimbulkan kemungkinan bahwa supernova tipe 1a yang terjadi 7 miliar tahun lalu, yakni satu-satunya yang memungkinkan kita untuk mengukur gaya tolak-menolak yang kita sebut energi gelap, mungkin berbeda dengan beberapa cara yang hampir tidak kentara dari yang terjadi sekarang,” tambahnya.
Ilmuwan ingin memahami seperti apa sistem bintang induk itu sebelum ledakan, untuk menentukan asal-usul terangnya, serta untuk memastikan tidak ada kesalahan berikutnya dalam menghitung energi gelap.
Tim ilmuwan internasional telah mempelajari 41 supernova tipe 1a dengan mengukur kecepatan fluks (berkas cahaya yang menembus luas permukaan) dalam awan gas natrium. Mereka menemukan bahwa sebagian besar supernova ini menunjukkan gas natrium yang mengalir menjauh dari ledakan dan menuju Bumi.
“Jika sistem bintang mula-mula terdiri dari dua bintang kerdil putih sebelum supernova, maka di sana seharusnya tidak ada natrium apapun,” kata Nidia Morrell dari Observatorium Carnegie dalam rilisnya.
“Kenyataannya bahwa kami mendeteksi natrium yang menunjukkan bahwa salah satu bintang-bintang itu seharusnya bukan bintang kerdil putih,” tambahnya.
Simon menjelaskan bahwa kecepatan yang rendah dan sempitnya fitur menyatakan bahwa material yang dekat dengan supernova dikeluarkan sebelum ledakan.
“Khususnya, gas dengan karakteristik ini adalah ciri dari angin bintang yang dihembuskan oleh bintang induk raksasa merah, bukan bintang kerdil putih,” ujar Simon menyimpulkan.
Dari informasi tersebut timbul beberapa pertanyaan:
1. Mungkinkah embrio bintang tersebut akan benar-benar menjadi bintang?
2. Jika ia menjadi bintang apakah mungkin menjadi bintang terbesar dan tercerah di Bima Sakti?
3. Dimana sebenarnya letak embrio bintang tersebut? Berapa satuan astronomi dari Bumi kita?
4. Apa yang akan terjadi dengan Bumi dan Tata Surya jika memang embrio tersebut menjadi bintang?
Mari kita jawab satu per satu…
1. Dari informasi diatas disebutkan bahwa embrio tersebut saat ini sudah memiliki massa 8-10 kali massa Matahari. Dengan massa demikian mungkinkah dia menjadi bintang? Jawabannya teramat sangat mungkin sekali. Karena syarat minimal sebuah embrio/proto bintang bisa menjadi bintang adalah jika ia memiliki massa minimal 0,08 massa Matahari. Dengan massa 8-10 kali massa Matahari, maka embrio tersebut sudah sangat layak menjadi bintang.
2. Jika menjadi bintang, mungkinkah ia menjadi yang terbesar di Bima Sakti? Seperti kita ketahui embrio tersebut kabarnya memiliki massa 8-10 kali massa Matahari saat ini, massa embrio tersebut masih mungkin bertambah, tapi rasanya peningkatan massanya tak akan terlalu signifikan dari massanya yang sekarang. Jikalau kita asumsikan embrio tersebut terus berkembang hingga massanya bertambah dua kali lipat dari sekarang (max 20kali massa Matahari), maka mungkinkah bintang tersebut menjadi yang terbesar di Bima Sakti? Jawabannya TIDAK. Kenapa? Karena bintang bermassa terbesar saat ini dipegang oleh R136a1 dengan massa 265-320 massa matahari. Dengan massa 8-10 kali massa Matahari, masih sangat jauh untuk embrio tersebut menyandang gelar bintang termassif. Sebagai catatan, massa maksimal yang bisa dicapai oleh sebuah bintang adalah massa pada saat ia lahir, setelah itu bintang akan terus kehilangan massanya akibat reaksi fusi yang dialaminya. Bahkan ada beberapa hal yang cukup memberatkan bagi embrio tersebut untuk menjadi bintang massif.Selama ini bintang-bintang massif terletak dekat dengan pusat galaksi, pada daerah tersebut sangat mendukung terbentuknya bintang massif bahkan bintang super massif. Sementara itu Matahari bersama Tata Surya kita terletak jauh dari pusat galaksi yaitu sekitar 26.000 tahun cahaya. Pernyataan diatas terbukti jika kita melihat bintang-bintang yang terdekat dengan Tata Surya kita, dimana sebagian besar adalah bintang katai cokelat, tak ada bintang massif (lebih dari10 kali massa Matahari) sampai jarak 600 tahun cahaya dari Bumi. Bintang massif terdekat adalah Antares dengan massa 15,5 kali massa Matahari dengan jarak 600 tahun cahaya, kemudian Betelgeuse dengan massa 20 kali massa Matahari berjarak 640 tahun cahaya dan Rigel dengan massa 17 kali massa Matahari berjarak 773 tahun cahaya. Ada pula Deneb dengan massa 20 kali Matahari dengan jarak 1400 tahun cahaya. Jadi mungkinkah ada bintang massif dengan jarak yang sangat dekat dengan Bumi?
3. Petanyaan berikutnya yang sangatpenting adalah mengenai posisi embrio itu? Terletak dimana dan berapa jaraknya dari Bumi? Sejauh ini beberapa menyebutkan bahwa embrio tersebut terletak di Tata Surya kita? Berarti di dalam Tata Surya? Serius? Luas Tata Surya kita adalah sekitar 30 satuan astronomi (Orbit Neptunus), mungkinkah ada embrio bermassa 8-10 kali massa Matahari dengan jarak sedekat itu? Jika memang betul maka tak perlu menunggu embrio itu menjadi bintang, saat ini pun harusnya embrio tersebut sudah mengganggu sistem gravitasi planet-planet di Tata Surya jika ia memang ada di dalam Tata Surya. Yang perlu diingat adalah embrio tersebut sudah memiliki massa yang begitu tinggi, dengan demikian efek tarikan gravitasinya sama saja dengan sebuah bintang yang bermassa sama dengan itu. Dengan kata lain, jika embrio tersebut dinyatakan berada didalam Tata Surya maka seharusnya efek keberadaannya sudah kita rasakan sekarang bahkan jauh-jauh hari sebelumnya. Bayangkan saja, satu Matahari saja bisa membuat 8 buah planet mengintarinya, bagaimana jika ada benda lain bermassa 10 kali Matahari di dalam Tata Surya? Maka yang seharusnya terjadi pusat Tata Surya kita saat ini sudah bukan Matahari lagi melainkan embrio itu, sekali lagi tanpa harus menunggu embrioitu menjadi bintang. Tapi apa yang kita rasakan sekarang? Tak ada yang aneh bukan?! Lalu jika dinyatakan berada di sekitar Tata Surya? Dimana dan seberapa jauh?
4. Lantas dimana letak embrio itu yang sebenarnya? Apa yang akan terjadi dengan Bumi dan Tata Surya jika memang embrio tersebut menjadi bintang?Seharusnya memang yang memberi informasi harus secara detail menyampaikan letak embrio tersebut. Tapi mungkin kita bisa memperkirakannya? Caranya? Tentu dengan belajar dari bintang ganda lainnya. Ya, jika ada dua buah bintang atau lebih yang berdekatan dan saling mengorbit pusat massanya maka fenomena tersebut disebut bintang ganda. Dalam bintang ganda terdapat bintang primer dan bintang sekunder, bintang primer adalah bintang yang memiliki massa yang lebih besar dari bintang sekunder. Dalam kasus Matahari dan embrio bintang itu maka Matahari akan menjadi bintang sekunder dan akan mengintari pusat massa dari embrio bintang tersebut.
Sistem bintang ganda terdekat dariTata Surya kita adalah Alpha Centauri. Alpha Centauri terdiri dari 3 buah bintang yang saling mengorbit yaitu Alpha Centauri A, B dan Proxima Centauri. Proxima Centauri terletak 0,12 tahun cahaya dari Alpha Centauri A dan B, Alpha Centauri A dan B sendiri berjarak sangat dekat satu sama lain yaitu dibawah 0,0001 tahun cahaya atau dibawah 946 juta km, sebagai perbandingan jarak Matahari Jupiter adalah sekitar 780 juta km dan jarak Matahari-Saturnus adalah 1,43 miliar km. Dengan demikian jika diibaratkan Tata Surya, Alpha Centauri A berada pada posisi Matahari sedangkan Alpha Centauri B terletak diantara Jupiter dan Saturnus. Jarak tersebut terbilang sangat dekat bagi sebuah bintang ganda. Mungkinkah sistem bintang ganda di Tata Surya kita seperti sistem di Alpha Centauri? Mungkinkah Matahari dan embrio bintang tersebut terletak sepertihalnya jarak antara Alpha Centauri A dan B? Alpha Centauri A adalah bintang sekelas Matahari sedangkan Alpha centauri B adalah bintang yang berada dibawah kelas Matahari, bahkan Proxima Centauri adalah bintang katai merah yang jauh berada di bawah kelas Matahari. Dengan demikian kasus di Alpha Centauri jelas berbeda karena sistem bintang Alpha Centauri tidak melibatkan bintang massif seperti calon teman Matahari yang banyak dibicarakan saat ini. Lalu adakan sistem bintang yang yang melibatkan bintang massif?
Rigel, itulah sistem bintang yang melibatkan bintang massif. Rigel adalah sistem bintang yang terdiri dari tiga buah bintang. Rigel A dan Rigel B adalah yang memiliki jarak terdekat yaitu 2200 Satuan Astronomi (0,0348 tahun cahaya) atau sekitar 330 miliar km. Rigel A 500 kali lebih terang dari Rigel B, namun pada jarak tersebut, pengaruh gravitasi Rigel A tidak terlalu tinggi terhadap Rigel B. Nah, dengan demikian jika diasumsikan bintang yang akan terbentuk dari embrio bintang itu sebesar Rigel (17 kali massa matahari), maka jarak 2200 satuan astronomi dari Matahari adalah jarak yang cukup aman bagi sistem gravitasi Tata Surya kita. Lalu akan seperti apa kehidupan di bumi kelak?
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan skala Pogson, jika sebuah bintang sebesar Rigel yang memiliki magnitudo mutlak -6,7 diletakkan pada jarak 2200 satuan astronomi (0,0348 tahuncahaya) dari Matahari, maka bintang tersebut akan memiliki magnitudo semu -21,55. Sebagai perbandingan, Matahari memiliki magnitudo semu -26,74 karena letaknya hanya satu satuan astronomi. Sementara Bulan purnama memiliki magnitudo semu -12,92. Dengan demikian jika hal tersebut terjadi maka kelak kita akan melihat Matahari didampingi oleh sebuah bintang lain yang terangnya hampir menandingi Matahari. Itu jika jarak bintang tersebut 2200 satuan astronomi. Lalu bagaimana jika bintang itu ternyata terletak di tepi luar TataSurya (sabuk kuiper), misalkan pada jarak 50 satuan astronomi, maka bintang tersebut akan memiliki magnitudo semu -29,77 yang artinya melebihi terangnya Matahari di siang hari. Bahkan pada jarak tersebut sistem keseimbangan gravitasi di Tata Surya jelas akan terganggu. Bagaimana jika lebih dekat lagidari itu? Jika bintang itu terletak 1 satuan astronomi dari Matahari (jarak Matahari-Bumi) maka magnitudo semunya menjadi -38,27. Wow… itu semua jika bintang yang akan lahir dari embrio bintang itu sebesar Rigel.
Dari pembahasan diatas, satu hal yang perlu digaris bawahi, menurut pandangan saya embrio tersebut tidak mungkin terletak didalam Tata Surya ataupun di sabuk kuiper. Karena jika ia berada disana, efek keberadaannya seharusnya sudah dapat kita rasakan saat ini bahkan sejak jauh-jauh hari, karena ingat embrio itu disebutkan saat ini sudah bermassa 8-10 kali massa Matahari. Kemungkinan besar embrio tersebut terletak ribuan satuan astronomi dari Bumi kita. Jika benar berada pada jarak ribuan satuan astronomi pun maka kelak Bumi akan sangat merasakan dampak keberadaannya, akan ada bintang yang terangnya menyaingi Matahari kita. Namun demikian kita tunggu saja update berita terbaru mengenai embrio bintang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar